Apakah Mixue Bangkrut? Ini Fakta di Lapangan!

1 min read

Apakah Mixue Bangkrut Ini Fakta di Lapangan!

Apakah Mixue bangkrut? Ini fakta di lapangan. Mixue hadir di Indonesia mulai tahun 2020 dan berkembang sangat cepat berkat harga murah, rasa yang bersaing, serta strategi franchise yang menarik. Hampir di setiap kota besar hingga kota kecil terdapat gerai Mixue, membuatnya dijuluki “es krim sejuta umat”. Namun, seiring berjalannya waktu banyak beredar kabar jika Mixue bangkrut di Indonesia. Apakah benar? Yuk simak faktanya dibawah ini.

Susu Kambing Etawa Bubuk

Status Finansial Mixue: Apakah Bangkrut?

Jawabannya: Tidak.

Mixue, perusahaan asal Tiongkok yang mengusung merek Mixue Ice Cream & Tea, justru mencetak prestasi finansial dan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Pada tahun 2024, perusahaan meraih pendapatan sebesar RMB 24,8 miliar, laba operasional sekitar RMB 5,81 miliar, serta laba bersih sekitar RMB 4,45 miliar.

Tidak hanya itu, Mixue resmi melantai di Bursa Efek Hong Kong pada 3 Maret 2025, berhasil menghimpun dana sekitar US$ 444 juta (sekitar HK$ 3,45 miliar), dengan harga saham debut melonjak antara 40–47%. Ini menjadi indikasi kuat bahwa Mixue sedang dalam kondisi sehat, bahkan mengundang kepercayaan investor global.

Jumlah Gerai dan Ekspansi Global

Mixue tumbuh menjadi jaringan F&B terbesar di dunia berdasar jumlah gerai. Per akhir 2024, jumlah gerai Mixue telah mencapai lebih dari 46.000 outlet global. Di Indonesia, jumlah gerai mencapai sekitar 2.600 outlet.

Realitas di Lapangan: Tidak Semua Lancar

Meskipun perusahaan secara keseluruhan sehat, kenyataan di lapangan di beberapa wilayah, termasuk Indonesia ada tantangan yang cukup nyata:

1. Penurunan pengunjung dan tutupnya beberapa gerai

Beberapa gerai Mixue di Indonesia dilaporkan mulai sepi hingga tutup satu per satu. Ini menunjukkan bahwa ekspansi cepat lewat franchise bukan jaminan kesuksesan berkelanjutan tanpa dukungan manajemen yang baik.

2. Ekspansi cepat dan kompetisi internal

Mixue digadang-gadang “pencabut ruko kosong” karena membuka banyak gerai dalam waktu singkat namun strategi ini pada akhirnya menjadi “bom waktu.” Persaingan internal antar outlet Mixue hingga kompetitor sejenis seperti Momoyo dan Ai-CHA membuat beberapa gerai kehilangan pelanggan.

3. Manajemen outlet yang beragam kualitasnya

Ada gerai yang kurang terurus mulai dari lokasi kurang tepat, manajemen operasional yang lemah hingga jam buka tidak konsisten menyebabkan ulasan buruk dan omzet menurun.

4. Model bisnis belum terbukti sepenuhnya tahan banting

Menurut analisis, meski Mixue dikenal dengan harga murah dan rantai pasokan efisien, model bisnisnya di Indonesia belum terbukti tahan banting menghadapi kompetisi & dinamika pasar F&B.

5. Isu kehalalan telah diselesaikan

Isu terkait non-halal sempat mencuat dan menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi boikot. Namun, LPPOM MUI telah menerbitkan sertifikasi halal untuk produk Mixue di Indonesia sejak Februari 2023. Dengan demikian, isu tersebut tidak lagi menjadi penghambat utama.

Kesimpulan

Mixue tidak bangkrut justru sebaliknya, perusahaan sedang tumbuh dan menunjukkan performa finansial dan pasar yang kuat secara global. Hal ini dibuktikan lewat IPO di Hong Kong yang sukses dan angka penjualan yang tinggi.

Namun, di ranah operasional lokal seperti di Indonesia, tidak semua gerai berjalan mulus. Beberapa outlet mengalami penurunan omzet, bahkan penutupan, karena beberapa faktor seperti:

  • Ekspansi terlalu cepat tanpa pengelolaan berbasis kualitas.
  • Kompetisi antar gerai dan dengan merek sejenis.
  • Manajemen outlet yang kurang konsisten dan efisien.
  • Tantangan adaptasi lokal dan dinamika pasar F&B yang fluktuatif.

Walaupun begitu, Mixue tetap mendapat legitimasi halal dan menjadi salah satu merek F&B dengan jaringan terluas di dunia. Pencapaian globalnya sangat bertolak belakang dengan isu kebangkrutan yang sempat beredar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *