Dikutip dari laman website https://cekberita.id/, harga emas sedang naik tinggi per tanggal 13 April 2025. Berikut ini pengalaman jual emas di pinggir jalan yang mungkin bisa jadi referensi. Saya tidak pernah menyangka akan menjual emas di pinggir jalan. Awalnya, saya berpikir, jual beli emas itu hanya terjadi di toko resmi seperti Pegadaian atau toko perhiasan ternama. Tapi keadaan membawa saya pada pengalaman yang berbeda penuh pelajaran, risiko, dan rasa was-was yang tidak akan pernah saya lupakan.
Berikut ini pengalaman jual emas di pinggir jalan dan tips dari https://cekberita.id/:
Awal Mula Terdesak Kebutuhan
Waktu itu, saya sedang dalam kondisi keuangan yang cukup terdesak. Gaji belum turun, sementara tagihan sudah menumpuk. Istri saya menyarankan agar kami menjual sebagian perhiasan emas yang sudah jarang dipakai, terutama cincin dan gelang yang sudah mulai kekecilan. Kami setuju, dan mulailah saya mencari informasi tempat jual emas terdekat.
Saya ingin proses yang cepat, tanpa antre panjang seperti di Pegadaian atau toko emas besar. Saat sedang mencari-cari di sekitar pasar, saya melihat spanduk besar bertuliskan “Beli Emas – Harga Tinggi!” lengkap dengan tulisan tangan: “Langsung Cair, Tanpa Ribet”. Lokasinya hanya sebuah tenda kecil di pinggir jalan, tepat di sebelah pasar tradisional. Ada satu meja, timbangan kecil, kalkulator, dan seorang pria paruh baya yang terlihat cukup ramah.
Rasa Ragu dan Pertimbangan
Jujur saja, saya sempat ragu. Ini bukan tempat resmi. Tidak ada sertifikat usaha yang dipajang, tidak ada bukti bahwa tempat ini aman atau legal. Tapi saat saya bertanya-tanya kepada beberapa orang sekitar, mereka bilang kalau tempat itu sudah lama beroperasi. “Aman, kok. Tapi ya harus pintar-pintar nawar,” kata salah satu pedagang buah di dekat situ.
Akhirnya, saya memutuskan untuk mencoba menjual satu cincin emas kecil dulu, hanya untuk memastikan. Saya membawa cincin tersebut ke meja si penjual emas pinggir jalan. Dia menyapa saya dengan senyum, lalu mengambil cincin itu, menaruh di timbangan, dan menghitung harga berdasarkan berat dan kadar emasnya.
Proses Penimbangan dan Penilaian

Prosesnya cukup cepat. Dia menggunakan timbangan digital kecil, lalu memeriksa kadar emasnya dengan kaca pembesar. Tidak ada alat khusus seperti di toko emas profesional. Ia hanya menggunakan pengalaman dan perkiraannya sendiri. Setelah itu, dia mengetik sesuatu di kalkulator dan menunjukkan hasilnya: Rp1.050.000.
Saya mencoba menawar sedikit, dan dia dengan cepat berkata, “Harga pasaran sekarang segitu. Kalau mau lebih, silakan cek ke toko emas. Tapi pasti potongannya lebih banyak.” Saya sempat membuka aplikasi harga emas di HP dan memang harga pasar saat itu sekitar Rp950.000 per gram. Artinya, dia memberi harga yang cukup masuk akal, meskipun tetap ada potongan.
Setelah sepakat, ia langsung mengeluarkan uang tunai dan membayar saya. Tidak ada kwitansi, tidak ada surat serah terima. Transaksi selesai dalam waktu kurang dari lima menit.
Ketagihan Karena Proses Cepat
Setelah pengalaman pertama itu cukup memuaskan, saya jadi agak ketagihan. Dalam artian, proses jual-beli emas di pinggir jalan memang sangat praktis. Tidak perlu banyak dokumen, tidak perlu antre, dan yang terpenting: langsung cair.
Beberapa hari kemudian, saya kembali menjual satu gelang kecil dan satu anting emas. Kali ini saya sudah lebih siap dan tahu sedikit trik menawar. Saya juga mulai memperhatikan bagaimana cara penjual memeriksa emas. Ia akan membandingkan dengan referensi warna, melihat cap kadar (biasanya 375, 700, atau 916), dan memperkirakan nilai pasar.
Namun, di balik kepraktisan ini, saya juga mulai menyadari sisi gelapnya.
Risiko dan Kekhawatiran
Pertama, tidak ada jaminan keamanan. Jika sampai terjadi kesalahan taksiran, saya tidak bisa menuntut siapa pun. Tidak ada bukti sah yang bisa saya bawa ke pengadilan atau ke pihak berwajib. Semua murni berdasarkan kepercayaan.
Kedua, harga bisa sangat fluktuatif dan bergantung pada penjual. Satu penjual bisa menawarkan Rp1.000.000 per gram, sementara di tempat lain bisa hanya Rp900.000. Karena tidak ada standar baku, kita sebagai penjual emas harus pintar membandingkan dan tidak mudah tergiur oleh embel-embel “harga tinggi”.
Ketiga, potensi penipuan. Saya mendengar cerita dari beberapa orang yang emasnya ditukar diam-diam dengan imitasi atau uangnya ternyata palsu. Meskipun saya belum mengalami hal itu, saya jadi lebih hati-hati. Saya mulai memeriksa uang tunai yang saya terima dan memastikan saya tidak datang sendirian jika menjual emas dalam jumlah besar.
Tips Jika Harus Jual Emas di Pinggir Jalan
Berdasarkan pengalaman tersebut, berikut beberapa tips yang bisa saya bagikan jika Anda terpaksa atau ingin menjual emas di tempat tidak resmi:
- Cek harga pasar terlebih dahulu – Gunakan aplikasi atau situs harga emas terkini.
- Datang ke lebih dari satu tempat – Bandingkan penawaran dari beberapa penjual.
- Jangan langsung percaya dengan iklan “harga tertinggi” – Sering kali hanya jebakan.
- Periksa alat timbangan dan cara penilaian emasnya – Pastikan logis dan tidak merugikan.
- Jangan jual dalam jumlah besar sekaligus – Uji coba dulu dengan emas kecil.
- Minta bukti transaksi, jika bisa – Walaupun sederhana, foto uang dan emas sebelum transaksi.
- Ajak teman atau keluarga saat transaksi – Demi keamanan dan saksi.
Itulah pengalaman jual emas di pinggir jalan. Menjual emas di pinggir jalan adalah pilihan yang bisa menguntungkan dalam kondisi tertentu, terutama jika Anda butuh uang cepat dan dalam jumlah tidak terlalu besar. Namun, proses ini tetap mengandung risiko yang harus disadari sejak awal. Kepraktisannya memang menggiurkan, tapi jangan sampai mengorbankan keamanan dan nilai emas yang sebenarnya.
Kalau ditanya apakah saya akan melakukannya lagi, jawabannya: mungkin. Tapi kali ini saya akan lebih berhati-hati dan lebih selektif. Terkadang, kecepatan bukan segalanya – apalagi kalau menyangkut aset berharga seperti emas.